Mengapa teori harus berasumsi

 Teori dan Asumsinya Pada dasarnya, asumsi teori adalah serangkaian kondisi, prinsip, atau keyakinan yang diterima sebagai kebenaran tanpa perlu dibuktikan dalam konteks teori tersebut. Asumsi berfungsi sebagai fondasi atau titik awal yang memungkinkan seorang ilmuwan atau pemikir untuk membangun argumen, model, atau penjelasan yang lebih kompleks. Tidak ada teori yang bisa mencakup seluruh kompleksitas dunia nyata, oleh karena itu asumsi diperlukan untuk menyederhanakannya. Mengapa Teori Membutuhkan Asumsi? Asumsi memiliki beberapa fungsi krusial dalam pembentukan dan penerapan teori: Menyederhanakan Realitas: Dunia nyata sangat kompleks. Asumsi membantu menyederhanakan kondisi yang ada sehingga fenomena dapat dipelajari secara lebih terfokus. Contohnya, dalam fisika, kita sering mengasumsikan "permukaan licin sempurna" untuk mengabaikan faktor gesekan yang rumit. Menentukan Batasan (Skop) Teori: Asumsi secara efektif menetapkan dalam kondisi apa sebuah teori berlaku. J...

Paradigma menurut Egon GUba & Yvona Lincoln

Paradigma menurut Egon GUba & Yvona Lincoln

Penjelasan mengenai jenis paradigma penelitian seringkali dikaitkan dengan beberapa tokoh kunci yang telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk pemahaman kita tentang metodologi ilmiah dan filsafat ilmu. Mari kita ulas beberapa di antaranya:


2. Egon G. Guba & Yvonna S. Lincoln

Guba dan Lincoln adalah tokoh kunci dalam pengembangan penelitian kualitatif dan merupakan salah satu yang paling sering dirujuk ketika membahas paradigma penelitian, terutama di luar ranah positivisme. Mereka secara jelas mengidentifikasi dan membedakan paradigma berdasarkan pertanyaan ontologis, epistemologis, metodologis, dan aksiologis.

Mereka mengemukakan setidaknya empat paradigma utama:

  • Positivisme (Post-Positivisme):

    • Ontologi: Realitas objektif, tunggal, dapat ditemukan.
    • Epistemologi: Peneliti menjaga jarak, objektif, bebas nilai. Pengetahuan ditemukan melalui verifikasi hipotesis.
    • Metodologi: Kuantitatif (eksperimen, survei), untuk menguji teori dan menggeneralisasi.
    • Aksiologi: Bebas nilai.
  • Konstruktivisme (Interpretivisme):

    • Ontologi: Realitas dikonstruksi secara sosial, ganda, dan subjektif.
    • Epistemologi: Pengetahuan diciptakan bersama melalui interaksi antara peneliti dan partisipan. Peneliti terlibat secara interaktif.
    • Metodologi: Kualitatif (wawancara mendalam, observasi), untuk memahami makna dan interpretasi.
    • Aksiologi: Nilai-nilai peneliti dan partisipan diakui sebagai bagian dari proses.
  • Teori Kritis:

    • Ontologi: Realitas dibentuk oleh kekuatan sejarah, sosial, politik, ekonomi, dan budaya; ada struktur kekuasaan dan ketidakadilan yang tersembunyi.
    • Epistemologi: Pengetahuan adalah hasil refleksi kritis terhadap struktur kekuasaan, bertujuan untuk emansipasi dan perubahan.
    • Metodologi: Gabungan kualitatif dan kuantitatif, fokus pada kritik, aksi-penelitian, dan pemberdayaan.
    • Aksiologi: Berorientasi pada keadilan sosial, kesetaraan, dan transformasi. Peneliti adalah agen perubahan.
  • Pragmatisme:

    • Ontologi: Realitas tidak selalu tetap, fokus pada "apa yang berhasil" dalam memecahkan masalah.
    • Epistemologi: Pengetahuan bersifat praktis dan berorientasi pada tindakan.
    • Metodologi: Campuran metode (mixed methods), memilih pendekatan yang paling sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian.
    • Aksiologi: Berorientasi pada konsekuensi praktis dan solusi.


Comments

Popular posts from this blog

Tabel Konversi skor/nilai TOEFL IELTS TOEP AcEPT

Apa itu populasi, sampel, dan sampling?