Pendekatan Problem Solving Secara Menyeluruh

  Pendekatan Problem Solving Secara Menyeluruh 🔹 A. Pendekatan Kognitif & Psikologis Digunakan dalam pendidikan dan pengembangan individu. Metakognisi Refleksi atas cara berpikir sendiri. Contoh: Menyadari bahwa pendekatan yang digunakan tidak efektif, lalu menggantinya. Analisis Masalah Terdefinisi dan Tidak Terdefinisi Well-defined : Tujuan dan langkah jelas. Ill-defined : Tujuan kabur, solusi tidak tunggal. Model IDEAL Identify masalah → Define → Explore solusi → Act → Look back dan evaluasi. Problem-Based Learning (PBL) Belajar dimulai dari masalah nyata, bukan teori. Cocok untuk pendidikan berbasis proyek. 🔹 B. Pendekatan Logis & Analitis Digunakan dalam matematika, teknik, dan ilmu komputer. Berpikir Komputasional Dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, algoritma. Algoritma dan Flowchart Menyusun langkah-langkah logis dalam bentuk diagram alur. Model Matematika Mengubah masalah nyata menjadi persamaan atau fungsi. Simulasi dan Pemodelan Menciptakan model digit...

APa itu paradigma riset dan elemen penyusunnya

ESENSI PARADGIMA PENELITIAN

Dalam dunia penelitian, paradigma penelitian adalah kerangka kerja konseptual atau sudut pandang filosofis yang menjadi dasar bagi seorang peneliti dalam memahami realitas, merancang penelitian, mengumpulkan data, menganalisisnya, dan menginterpretasikan hasilnya. Ini bukan sekadar metode, tetapi pola pikir yang memandu seluruh proses penelitian.


Mengapa Paradigma Penelitian Penting?

Paradigma penelitian sangat penting karena:

  • Membentuk Pandangan Peneliti: Paradigma menentukan cara peneliti melihat dunia dan fenomena yang ingin diteliti.
  • Mengarahkan Desain Penelitian: Pilihan paradigma akan memengaruhi jenis pertanyaan penelitian yang diajukan, metode yang digunakan, serta bagaimana data dikumpulkan dan dianalisis.
  • Mempengaruhi Interpretasi Hasil: Pemahaman peneliti tentang realitas (yang dibentuk oleh paradigmanya) akan memengaruhi bagaimana ia menafsirkan temuan penelitiannya.
  • Memberikan Koherensi: Paradigma memastikan adanya konsistensi antara asumsi filosofis, tujuan penelitian, dan metodologi yang digunakan.

Unsur-Unsur dalam Paradigma Penelitian

Menurut Lincoln dan Guba (1985), paradigma penelitian umumnya terdiri dari empat unsur utama:

  1. Ontologi: Ini berkaitan dengan hakikat realitas atau apa yang ada di dunia. Pertanyaan ontologis adalah: "Apa yang bisa diketahui?" atau "Bagaimana realitas itu sebenarnya?"

    • Contoh: Apakah realitas itu objektif dan tunggal, ataukah ia bersifat subjektif dan dikonstruksi secara sosial?
  2. Epistemologi: Ini berhubungan dengan hakikat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu diperoleh. Pertanyaan epistemologis adalah: "Bagaimana kita bisa tahu apa yang ada?" atau "Bagaimana pengetahuan diciptakan atau diperoleh?"

    • Contoh: Apakah pengetahuan itu ditemukan melalui pengamatan objektif, ataukah dibangun melalui interaksi dan interpretasi?
  3. Metodologi: Ini mengacu pada pendekatan dan prosedur yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan atau data. Pertanyaan metodologis adalah: "Bagaimana cara kita mencari tahu?"

    • Contoh: Apakah kita menggunakan eksperimen terkontrol dan pengukuran statistik, ataukah wawancara mendalam dan observasi partisipatif?
  4. Aksiologi: Ini berkaitan dengan nilai-nilai dan etika yang memengaruhi penelitian. Pertanyaan aksiologis adalah: "Apa peran nilai-nilai dalam penelitian?"

    • Contoh: Apakah peneliti harus netral dan bebas nilai, ataukah nilai-nilai peneliti dapat dan bahkan harus memengaruhi proses penelitian?

Jenis-Jenis Paradigma Penelitian Utama

Meskipun ada berbagai variasi dan nama, tiga paradigma utama yang paling sering dibahas dalam penelitian sosial adalah:

1. Positivisme (dan Post-Positivisme)


  • Ontologi: Realitas itu objektif, tunggal, dan dapat diukur. Ada kebenaran tunggal yang dapat ditemukan. Dunia ini teratur dan bekerja berdasarkan hukum sebab-akibat.

  • Epistemologi: Pengetahuan diperoleh melalui pengamatan objektif dan empiris. Peneliti harus menjaga jarak dan netral (bebas nilai) dari subjek penelitian untuk menghindari bias. Kebenaran dapat diverifikasi melalui pengujian hipotesis.

  • Metodologi: Cenderung menggunakan metode kuantitatif. Fokus pada pengukuran, eksperimen, survei, dan analisis statistik untuk mengidentifikasi hubungan sebab-akibat dan generalisasi. Tujuannya adalah menguji teori dan hukum universal.

  • Aksiologi: Peneliti harus objektif dan bebas nilai. Nilai-nilai pribadi peneliti tidak boleh memengaruhi hasil penelitian.

    Post-Positivisme: Merupakan pengembangan dari positivisme yang lebih realistis. Meskipun masih percaya pada realitas objektif, post-positivis mengakui bahwa pengukuran dan observasi tidak pernah bisa sepenuhnya bebas dari kesalahan dan bias. Oleh karena itu, mereka mencari probabilitas dan kebenaran yang mendekati, bukan kebenaran absolut.


2. Interpretivisme (atau Konstruktivisme/Naturalisme)


  • Ontologi: Realitas itu subjektif, beragam, dan dikonstruksi secara sosial. Tidak ada satu kebenaran tunggal; kebenaran dibentuk oleh makna dan interpretasi individu. Realitas bersifat ganda dan bergantung pada konteks.
  • Epistemologi: Pengetahuan diperoleh melalui pemahaman mendalam (verstehen) terhadap makna dan interpretasi subjek penelitian. Peneliti berinteraksi erat dengan subjek untuk memahami perspektif mereka. Pengetahuan bersifat kontekstual dan holistik.
  • Metodologi: Cenderung menggunakan metode kualitatif. Fokus pada wawancara mendalam, observasi partisipatif, analisis naratif, dan studi kasus. Tujuannya adalah memahami fenomena dari sudut pandang partisipan dan mendapatkan pemahaman yang kaya dan mendalam.
  • Aksiologi: Peneliti tidak bisa sepenuhnya bebas nilai. Nilai-nilai peneliti diakui sebagai bagian dari proses penelitian, dan bahkan dapat membantu dalam memahami interpretasi subjek. Peneliti seringkali terlibat secara emosional atau empatis dengan subjek.

3. Kritis (atau Teori Kritis)


  • Ontologi: Realitas itu historis, dibentuk oleh kekuatan sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Realitas seringkali tersembunyi atau terdistorsi oleh ideologi dan kekuasaan. Ada ketidakadilan dan penindasan yang perlu diungkap dan diubah.
  • Epistemologi: Pengetahuan diperoleh melalui refleksi kritis terhadap struktur kekuasaan dan ketidakadilan. Pengetahuan bersifat transformatif, bertujuan untuk mengungkap dominasi dan memfasilitasi perubahan sosial. Peneliti dan partisipan bersama-sama mencapai pemahaman kritis.
  • Metodologi: Menggunakan kombinasi metode kualitatif, kuantitatif, dan bahkan aksi-penelitian. Fokus pada analisis ideologi, kritik sosial, dan pemberdayaan komunitas. Tujuannya adalah mengkritik, menantang, dan mengubah ketidakadilan sosial.
  • Aksiologi: Penelitian secara eksplisit berorientasi pada nilai-nilai keadilan sosial, kesetaraan, dan pembebasan. Peneliti adalah agen perubahan dan harus mengambil posisi etis untuk memperjuangkan kaum tertindas.

Memilih paradigma penelitian yang tepat adalah langkah fundamental sebelum memulai penelitian. Pemilihan ini akan memengaruhi setiap aspek penelitian Anda, dari formulasi masalah hingga interpretasi temuan.

Comments

Popular posts from this blog

Tabel Konversi skor/nilai TOEFL IELTS TOEP AcEPT

Apa itu populasi, sampel, dan sampling?

Download GRATIS SPSS 17