Mengapa teori harus berasumsi

 Teori dan Asumsinya Pada dasarnya, asumsi teori adalah serangkaian kondisi, prinsip, atau keyakinan yang diterima sebagai kebenaran tanpa perlu dibuktikan dalam konteks teori tersebut. Asumsi berfungsi sebagai fondasi atau titik awal yang memungkinkan seorang ilmuwan atau pemikir untuk membangun argumen, model, atau penjelasan yang lebih kompleks. Tidak ada teori yang bisa mencakup seluruh kompleksitas dunia nyata, oleh karena itu asumsi diperlukan untuk menyederhanakannya. Mengapa Teori Membutuhkan Asumsi? Asumsi memiliki beberapa fungsi krusial dalam pembentukan dan penerapan teori: Menyederhanakan Realitas: Dunia nyata sangat kompleks. Asumsi membantu menyederhanakan kondisi yang ada sehingga fenomena dapat dipelajari secara lebih terfokus. Contohnya, dalam fisika, kita sering mengasumsikan "permukaan licin sempurna" untuk mengabaikan faktor gesekan yang rumit. Menentukan Batasan (Skop) Teori: Asumsi secara efektif menetapkan dalam kondisi apa sebuah teori berlaku. J...

Efek Pygmalion (Pygmalion Effect)

APA ITU EFEK PYGMALION?

Efek Pygmalion, juga dikenal sebagai Efek Rosenthal, adalah sebuah fenomena psikologis di mana ekspektasi yang lebih tinggi mengarah pada peningkatan kinerja. Sederhananya, jika seseorang percaya Anda mampu sukses, hal itu sebenarnya dapat meningkatkan peluang Anda untuk mencapai kesuksesan tersebut. Sebaliknya, ekspektasi yang rendah dapat menyebabkan penurunan kinerja.


Jika seseorang percaya Anda tidak mampu, hal itu dapat berdampak negatif pada kinerja Anda. Efek ini pertama kali diamati dalam setting kelas, di mana guru yang diberi tahu bahwa siswa tertentu "berbakat" benar-benar melihat siswa tersebut berkinerja lebih baik, meskipun tidak ada perbedaan nyata dalam kemampuan. 

Efek ini dapat dilihat di banyak bidang kehidupan, termasuk pekerjaan, olahraga, dan bahkan hubungan pribadi. Jika Anda percaya pada seseorang, itu dapat membuat perbedaan nyata dalam kemampuannya untuk berhasil.

Definisi dan tokohnya:

Kutipan 1

"The Pygmalion effect is a psychological phenomenon in which high expectations of a leader result in the improved performance of the followers."

  • Bibliografi:*
    • Eden, D. (1992). Pygmalion in the workplace: A managerial approach. Academy of Management Review, 17(2), 267-290.

Kutipan 2

"The Pygmalion effect is the phenomenon in which the greater the expectation placed upon a person, the better they perform."

  • Bibliografi:*
    • Rosenthal, R., & Jacobson, L. (1968). Pygmalion in the classroom. Urban Review, 3(3), 1-15.

Kutipan 3

"The Pygmalion effect is a type of self-fulfilling prophecy where believing something can make it true."

  • Bibliografi:*
    • Babad, E. Y., Inbar, Y., & Rosenthal, R. (1982). Pygmalion, Galatea, and the Golem: Teacher-expectancy effects. American Educational Research Journal, 19(3), 351-366.

Kutipan 4

"The Pygmalion effect is a psychological phenomenon where high expectations lead to an increase in performance."

  • Bibliografi:*
    • Kierein, N. M., & Gold, R. M. (2000). Pygmalion and Galatea revisited: A meta-analysis of the teacher expectancy effect. Journal of Educational Psychology, 92(2), 219-231.

Kutipan 5

"The Pygmalion effect is the process by which one person's expectations for another person's behavior or performance, whether positive or negative, can serve to make those expectations more likely to become a reality."

  • Bibliografi:*
    • Good, T. L., & Brophy, J. E. (2008). Looking in the mirror: Exceptionality and the self. Pearson Education.

Semoga kutipan-kutipan ini bermanfaat bagi Anda



Comments

Popular posts from this blog

Tabel Konversi skor/nilai TOEFL IELTS TOEP AcEPT

Apa itu populasi, sampel, dan sampling?