Mengapa teori harus berasumsi

 Teori dan Asumsinya Pada dasarnya, asumsi teori adalah serangkaian kondisi, prinsip, atau keyakinan yang diterima sebagai kebenaran tanpa perlu dibuktikan dalam konteks teori tersebut. Asumsi berfungsi sebagai fondasi atau titik awal yang memungkinkan seorang ilmuwan atau pemikir untuk membangun argumen, model, atau penjelasan yang lebih kompleks. Tidak ada teori yang bisa mencakup seluruh kompleksitas dunia nyata, oleh karena itu asumsi diperlukan untuk menyederhanakannya. Mengapa Teori Membutuhkan Asumsi? Asumsi memiliki beberapa fungsi krusial dalam pembentukan dan penerapan teori: Menyederhanakan Realitas: Dunia nyata sangat kompleks. Asumsi membantu menyederhanakan kondisi yang ada sehingga fenomena dapat dipelajari secara lebih terfokus. Contohnya, dalam fisika, kita sering mengasumsikan "permukaan licin sempurna" untuk mengabaikan faktor gesekan yang rumit. Menentukan Batasan (Skop) Teori: Asumsi secara efektif menetapkan dalam kondisi apa sebuah teori berlaku. J...

MEMOAR 3 Maret 2010 | dibalik "kekalahan"

Segala Puji bagi Allah, Shalawat dan salam atas Nabi, keluarga, dan para sahabatnya semua



Sepertinya... air mengalir tak terkendali -spy tdk blg tk 1suai kiGinn- menjauh dari ladang harapanku.

Pembina OSIS, di sekolahku ini, merupakan jabatan prestise yang aku gak sadari awalnya. Banyak kewenangan, yang memungkinkan seseorang get rich...yaa... tapi hati ini tetap tidak bisa menerima sesuatu yang tidak pada tempatnya. Mungkin hal inilah yang menyebabkan tidak sedikit para statik status quo gak klop with me.

Memang kondisi tanpa tekanan -bujang, anak, punya side income- lebih mengondisikan seseorang berada di trek yang "baik". Tapi dalam beberapa hal tertentu..keadaan ini membuat seseorang tidak mampu menerima ketidakmampuan orang lain untuk mencoba di trek yang sama.

Kambing hitam, menjadi satu2nya jalan tengah untuk mengamankan posisi statik ini. KEsamaan perasaan terancam, perasaan sudah berdedikasi tinggi, sudah saatnya saya kok malah dia, dan banyak perasaan2 tanpa tabayyun, menjadikan perlunya membuat "musuh" bersama yang dianggap akan mengganggu status quo.

Ada ungkapan,
Jika 1000 orang mempertahankan kebenaran maka aku 1 diantaranya.
Jika 100 orang mempertahankan kebenaran maka aku 1 diantaranya.
Jika 10 orang mempertahankan kebenaran maka aku 1 diantaranya.
Jika 1 orang mempertahankan kebenaran maka itulah SAYA.

Masalahnya sekarang, seperti yang pernah diungkap Alvin Tofler dalam buku gelombang ketiganya, bahwa kebenaran bukan kenyataan. Dan kebenaran akan identik dengan jumlah banyak. Jika banyak yang mau maka itulah yang benar.

Perlunya belajar, menunggu, melihat, dan mendengar lebih sabar, mungkin ini yang membuatku "kehilangan" kesempatan mermak karakter generasi selanjutnya bangsa Indonesia. Walau di satu sisi, sebenarnya aku juga senang, bisa mengurangi eksistensi di tempat nun jauh ini, tanpa harus melukai harapan dari ketua yayasan, yang sebenarnya aku hormati.

Semoga aku dijauhkan dari prasangka buruk tanpa bukti dan prasangka baik yang meleset.

Sebagaimana qoul Umar bin Khatthab r.a. "Ya Allah, tolong berikanlah prasangkaku yang sesuai kenyataan pada pemuda ini" ketika ada kasus seorang pemuda yang difitnah seorang wanita.

Comments

Popular posts from this blog

Tabel Konversi skor/nilai TOEFL IELTS TOEP AcEPT

Apa itu populasi, sampel, dan sampling?