Bahwa Uang ternyata

KONSEPSIKU tentang UANG


Alhamdullilahi robbil 'aalamiin.

Setelah lama, melihat, mendengar, dan cukup banyak berbicara di sekolah. Tampaklah wajah-wajah murni dari senyum sumringah, kecut kecewa, dan kaget takjub dari semua saudara-saudari senenek moyang di sekolah tempatku mengabdi. Sekolah ini tidak main main jauhnya... hampir 20 km dari tempat tidurku di Serang.

Memang tidak pernah jauh, dari apa yang sudah kuposting dalam otakku, "jangan terlalu berharap perubahan"

Dewan yayasan yang terdiri dari sanak kerabat saja, dewan guru (termasuk aku) yang terdiri dari guru impor maupun ekspor dari "negara" lain, staf TU, dan tentu saja para murid. Semua pihak, dengan peran dan tanggung jawabnya.. memiliki andil atas terbentuknya corporate culture di sekolah ini.



Padahal,
Sesungguhnya, tidak ada tendensiku walau sedikit saja, tentang mengambil sikap oportunis dalam pertemuan dgn banyak "PELUANG bisnis" di sekolah ini. Hanya saja-ini kesimpulanku saja lhoo- ternyata semua pihak, memiliki andil atas terbentuknya persepsi yang mengharuskan tiap orang"saling" mengawasi. Sungguh ironis.. di sebuah institusi pendidikan, terbentuk budaya yang kontradiktif dengan arah pembentukan karakter anak didik yang jujur. Konsep ihsan sangat jauh dari fakta di kampus ini.

Fiuuuuh.. jadi inget sama temen kul yang nyampekan padaku tentang pendapat seorang tokoh yahudi penggagas ilmu jiwa, bahwasanya motif tindakan manusia.. hanya berkutat pada sesuatu yang 1 jengkal di atas dan di bawah pusar. CUKUP berontak aku dengan kata2nya saat itu, tapi sekarang itu semua seperti masuk akal.

Buatku..
Uang bukan yang terpenting, tapi di zaman ini, hal terpenting dalam hidup seseorang bisa saja tidak akan pernah diperoleh tanpa uang.

So ..gimana cara memposisikan diri kita atas hal yang disebut uang ini. Tentu terserah Anda memahaminya, dan sebebas apa yang Anda bayangkan untuk raih.

Comments

Popular Posts