Teknik Anyam Sampah Plastik Sachet


Terdapat tiga tahapan yang harus dilalui untuk mendapatkan sebuah produk hasil seni kriya anyaman sampah plastik. Ketiga tahapan dimaksud disebutkan dan dijabarkan sebagai berikut:

1.      Tahap penyiapan

Tujuan dari tahap penyiapan adalah mendapatkan bahan baku utama yang berkualitas tinggi, baik dari segi teknis penganyaman maupun dari segi keamanan dan kesehatan setelah menjadi produk jadi. Tahap ini bisa bervariasi antarpengrajin, namun bisa diringkas aktifitasnya menjadi seperti di bawah ini:

·         Pertama, sampah plastik sachet –selanjutnya disebut SPS- dipisahkan dari sampah lainnya.

·         Kedua, siapkan ember dan air pembersihnya yang berupa campuran antara air dengan deterjen atau cairan pembersih.

·         Ketiga, SPS dibersihkan dengan air pembersih saat itu juga sebagaimana proses mencuci pakaian secara manual. Atau bisa juga pembersihan bisa dilakukan dengan direndam terlebih dahulu selama 1 (satu) hari, setelah itu baru disikat.

·         Keempat, SPS dibilas untuk menghilangkan sisa kotoran yang menempel dan menghilangkan bau air pembersih.

·         Kelima, SPS dijemur di terik matahari agar benar-benar kering. Untuk memastikan, bisa juga dilap dengan kain kering. Hal ini perlu diperhatikan karena jika SPS kurang kering, produk akhir yang dihasilkan menjadi rentan rusak dan bau.

2.      Tahap proses

Berdasarkan teknik melipat SPS, pola penganyaman SPS bisa dilakukan setidaknya -karena metodenya terus berkembang- dengan dua pola dasar yaitu pola gelang dan pola lembar. Penjabaran kedua pola dasar ini adalah sebagai berikut:

·         Pola gelang dibuat dengan cara menggunting SPS menjadi dua bagian yang sama besar. Hasilnya adalah dua bagian berongga yang tidak putus sehingga menyerupai gelang. Setelah menyerupai gelang tipis, langkah selanjutnya adalah membuat “gelang” SPS menjadi lebih tebal dengan cara melipatnya ke bagian dalam. Untuk memperjelas maksudnya, di bawah ini adalah ilustrasi menggunakan gambar SPS yang telah dipotong dan dilipat.
   
Pola lembar dibuat dengan cara melepas sisi perekat dari SPS atau bisa juga dengan menggungting semua sisi SPS. Setelah itu, lembar SPS yang ada, dilipat kedua sisinya secara simetris. Tujuannya untuk membuat lembar SPS menjadi tebal. Ilustrasi praktek ini bisa dilihat sebagaimana tiga gambar berurutan di bawah ini.
 
 
 
 
3.      Tahapan penyelesaian
Pada tahap ini, hasil anyaman dari pola dasar dirangkai menjadi produk seni kriya yang diinginkan. Perangkaian anyaman pola dasar bisa dilakukan dengan teknik menganyam lagi, atau dengan bantuan bahan perangkai seperti benang jahit atau nilon. Pada pola gelang, teknik menganyam ulang bisa dilakukan dengan melakukan penambahan sejenis pada anyaman awal. Pada pola lembar, perangkaian bisa dilakukan dengan tambahan bahan lain seperti  benang nilon. Sebenarnya teknik ini masih terus berkembang sesuai tuntutan pasar dan juga kreatifitas dari para pengrajin anyaman sampah. Setelah proses perangkaian selesai, penambahan bahan lain sepeti kain perca, resleting, pernak-pernik, bisa dilakukan untuk mempermanis tampilan dari produk akhir.
 


Pada dasarnya, pemanfaatan SPS menjadi produk seni kriya, memiliki banyak ragam penggunaan pada produk akhir. Selain dapat digunakan sebagai pelapis/tambahan dari produk utama, anyaman SPS juga dapat menjadi main product yang berfungsi langsung sebagai bahan pengganti kain atau bahan utama lain. Misalnya, tas SPS, payung SPS, vas bunga SPS, dll. Maksudnya adalah, terkadang anyaman SPS hanya dijadikan tambahan asesoris pada produk utama yang sudah jadi. Biasanya produk seperti ini diperuntukkan bagi konsumen yang sadar lingkungan namun masih mengandalkan produk baru. Adapun dalam usulan KKN-PM 2015 ini, pemanfaatan SPS menjadi produk seni kriya lebih ditujukan untuk pemanfaatan penuh pada anyama SPS sebagai bahan utama dalam pembuatan produk.
 







Hanya saja, keragaman penggunaan SPS pada produk akhir ini perlu didukung dengan peralatan seperti mesin jahit dan keterampilan menjahit. Sehingga dalam KKN PPM kali ini, hal tersebut tidak menjadi fokus metode pemberdayaan masyarakat sebab memerlukan biaya yang tidak sedikit dan waktu yang lama (pembekalan keterampilan menjahit). Konsekuensinya, sejumlah produk seperti payung, sepatu, pakaian, dan lain lain, yang mungkin diciptakan dari kreasi anyaman SPS dengan bantuan alat-alat “mahal” bagi masyarakat, tidak dapat diproduksi. Kendatipun demikian, anyaman PSP merupakan alternatif yang beralasan untuk dapat mengurangi kuantitas sampah sachet dari produk makanan dan minuman yang diproduksi massal. Selain juga anyaman PSP ini sudah memiliki segmen pasar tersendiri. 
Saat ini, pemberdayaan melalui pembuatan produk seni kriya dari sampah, difokuskan untuk memanfaatkan potensi SDM di masyarakat (padat karya) dan mengurangi dampak negatif sampah plastik.

Comments

Popular Posts